Disusun Oleh:
- Elin Eliani 22210333
- Harry Farhan 23210157
- Rika Agustina 25210942
- Mira Mediani Suryadi 24210411
- Yanih Supriyani 28210593
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pasar modal di Indonesia terus berkembang dengan baik seiring
dengan perkembangan perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari kapitalisasi
pasar yang terus mengalami peningkatan beberapa tahun belakangan ini. Indonesia sudah masuk
tahap Investment Grade sehingga membuat investor baik lokal maupun asing
tertarik untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia dalam memenuhi
investasinya dalam bentuk penawaran saham, penerbitan obligasi, atau
produk-produk investasi lainnya.
Salah satu
instrumen pasar modal yang paling sering diperdagangkan adalah saham. Terutama
saham yang bersifat Go Public. Saham Go Public adalah saham yang
diperjual-belikan pada khalayak umum (investor) pada suatu bursa saham. Bursa
efek yang mengatur transaksi pembelian dan penjualan saham di Indonesia adalah
Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001).
Saham yang
terdapat di perusahaan publik adalah saham yang memiliki risiko yang tinggi.
Risiko tersebut dapat terjadi karena perubahan kondisi baik di perusahaan,
perubahan yang terjadi di dalam negeri dan di luar negeri sangat berpengaruh
seperti kurs saham. Perubahan tersebut ada yang berdampak positif dan berdampak
negatif. Sehingga aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham akan
mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan dan penurunan.
Untuk itu, para investor sebaiknya melakukan sebuah analisis
yang tepat untuk mengurangi kerugian akibat fluktuasi harga saham. Analisis
yang dilakukan harus sesuai sasaran dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
kondisi perusahaan emiten. Dalam melakukan analisis, memilih dan memiliki saham
pada perusahaan emiten, investor dan calon investor bisa menggunakan dua pendekatan yaitu analisis fundamental dan
analisis teknikal. Analisis fundamental menggunakan
informasi historis dari keuangan perusahaan untuk meramalkan hasil keuangan. Sedangkan analisis teknikal
menganalisa fluktuasi harga saham dalam rentang
waktu tertentu.
Analisis fundamental merupakan metode penelitian yang mempelajari
tentang peramalan laba, permintaan dan penawaran, kekuatan suatu industri atau
perusahaan, kemampuan manajemen, dan masalah intrinsik lainnya yang mempengaruhi
nilai harga saham dan potensi pertumbuhan (Mastering Fundamental Analysis, 2).
Analisis fundamental bertujuan untuk memilih saham-saham yang baik
untuk diinvestasi. Berarti, hasil analisis fundamental adalah kelompok saham
yang baik dan layak untuk dibeli dan kelompok saham yang jelek dan tidak layak
untuk dibeli. Yang dimaksud dengan saham baik adalah saham dari
perusahaan-perusahaan yang memiliki kinerja baik, terutama secara keuangan.
Perusahaan-perusahaan yang kinerja keuangannya baik adalah perusahaan yang
kondisi keuangannya sehat.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sejarah
Singkat PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (“Indocement” atau “Perseroan”) adalah
perusahaan yang memproduksi semen, yang juga memiliki beberapa anak perusahaan
yang memproduksi beton siap-pakai (Ready-Mix Concrete/RMC) serta
mengelola tambang agregat dan trass. Berdiri sejak 16 Januari 1985, Perseroan
merupakan penggabungan dari enam perusahaan semen yang saat itu memiliki
delapan pabrik.
Pabrik
pertama Indocement resmi beroperasi sejak 4 Agustus 1975. Selama 37 tahun
pabrik beroperasi, Indocement terus meningkatkan kapasitas produksinya dan
merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia. Indocement
terus menambah jumlah pabrik hingga saat ini mencapai 12 pabrik, yang sebagian
besar berada di Jawa. Sembilan pabrik berada di Kompleks Pabrik Citeureup,
Bogor, Jawa Barat, dan merupakan salah satu kompleks pabrik semen terbesar di
dunia. Dua pabrik berada di Kompleks Pabrik Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dan
satu pabrik di Kompleks Pabrik Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Indocement
pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode transaksi
“INTP” pada 5 Desember 1989. Sejak 2001, mayoritas saham Perseroan dimiliki
oleh HeidelbergCement Group yang berbasis di Jerman. HeidelbergCement adalah
pemimpin pasar global dalam bidang agregat dan merupakan pemain terkemuka di
industri semen, beton, dan kegiatan hilir lainnya, yang menjadikannya sebagai
salah satu produsen terbesar di dunia di bidang bahan bangunan.
HeidelbergCement mempekerjakan sekitar 53.400 karyawan di lebih dari 40
negara.
Dengan
merek dagang “Tiga Roda”, sepanjang 2012 Indocement telah menjual sekitar 18
juta ton semen, yang merupakan penjualan semen tertinggi di Indonesia (sebagai
entitas tunggal). Adapun produk semen yang dihasilkan oleh Perseroan adalah Portland
Composite Cement (PCC), Ordinary Portland Cement (OPC Tipe I, II,
dan V), Oil Well Cement (OWC), Semen Putih, dan TR-30 Acian Putih.
Indocement adalah satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia.
Selain
itu, penjualan RMC yang diproduksi oleh anak perusahaan Indocement, yakni PT
Pionirbeton Industri, mengalami peningkatan sebesar 44,8% dibandingkan tahun
sebelumnya. Hal ini menjadikan Indocement sebagai pemimpin pasar RMC di
Indonesia. Dalam menjalankan usahanya, Indocement bertekad memerhatikan
pembangunan berkelanjutan, melalui komitmen untuk mengurangi emisi karbon
dioksida dalam proses pembuatan semen. Indocement adalah perusahaan pertama di
Asia Tenggara yang menerima Emisi Reduksi yang Disertifikasi (Certified
Emission Reduction/CER) untuk proyek bahan bakar alternatif dalam kerangka
Mekanisme Pembangunan Bersih (MPB).
2.
Kegiatan Utama PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Indocement memiliki operational semen terintegrasi dengan
total kapasitas terpasang 18,6 juta ton semen. Saat ini Indocement
mengoperasikan 12 pabrik, sembilan berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat;
dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan
Selatan.
Produk utama perusahaan adalah Portland Composite Cement
(PCC) dan Ordinary Portland Cement (OPC). Perusahaan juga memproduksi berbagai
tipe semen lainnya seperti Portland Cement Type I and Type V, begitu juga
dengan Oil Well Cement. Indocement adalah satu-satunya produsen Semen Putih di
Indonesia.
3.
Analisa
Data Perusahaan
Langkah pertama
dalam penulisan makalah
ini adalah menganalisa rasio-rasio keuangan selama lima tahun. Dengan menggunakan data
yang ada yaitu berupa laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan
laporan laba-rugi. Dari data tersebut, dapat diketahui beberapa rasio keuangan
yaitu rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, dan rasio pasar pada
PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk
selama lima
tahun terakhir yaitu 2008
sampai dengan 2012
serta dapat diketahui pula kondisi keuangan tersebut.
1.
Rasio
Likuiditas
Rasio ini menunjukkan
sejauh mana kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Pengujian
likuiditas difokuskan pada besaran dan hubungan antara hutang lancer, aktiva
lancer, kas dan persediaan. Dan rasio likuiditas ini antara lain
sebagai berikut :
a.
Current
Ratio
Rasio Likuiditas dengan
perhitungan rasio lancar
(current
ratio)
ini
membandingkan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Current ratio bertujuan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva
lancar yang yang dimiliki perusahaan.
Current Ratio =
b.
Quick
Ratio
Rasio cepat (quick
ratio) ini membandingkan aktiva lancar setelah di kurangi
persediaan dengan kewajiban lancar.
Quick Ratio =
c.
Cash
Ratio
Rasio ini membandingkan jumlah kas
dan efek dengan kewajiban lancar.
Mengukur kemampuan perusahaan utuk membayar hutang lancar dengan menggunakan
kas dan efek.
Cash
Ratio =
2.
Rasio
Profitabilitas
Rasio profitabilitas
atau sering juga disebut rasio rentabilitas merupakan indikator untuk mengukur efektivitas
manajemen perusahaan berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari
penjualan dan investasi. Rasio ini menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya selama periode tertentu.
a.
Gross
Profit Margin Ratio
Rasio
ini membandingkan antara
laba kotor yang diperoleh
perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.
Gross Profit Margin =
b.
Net
Profit Margin
Net profit margin merupakan rasio perbandingan yang
digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu di bandingkan dengan
volume penjualan dalam suatu periode tertentu.
Net Profit Margin =
c.
Return
on Invesment
Return
on investment (ROI)
disebut juga dengan return on asset (ROA).
ROI digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
ROI membandingkan
laba bersih dengan total aktiva.
Return on Investment =
d.
Return
on Equity
Return on equity (ROE) menunjukkan
tingkat pengembalian yang dihasilkan manajemen atas modal yang ditanam pemegang
saham, sesudah dipotong kewajiban kepada kreditor.
Return
on Equity QUOTE
3.
Rasio
Aktivitas
Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam
kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya.
a.
Total
Asset Turnover
Total assets
turnover merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dengan jumlah
penjualan yang diperoleh selama periode tertentu untuk mengukur intensitas
perusahaan dalam menggunakan aktivanya.
Rasio
ini membandingkan penjualan bersih dengan total aktiva.
Total Assets Turnover =
b.
Account
Receivable Turnover
Perputaran piutang usaha (account receivable
turnover) mengukur kemampuan untuk menagih kas dari pelanggan kredit.
Semakin tinggi rasionya, semakin cepat penagihan kas. Rasio
ini membandingkan penjualan bersih dengan piutang usaha.
Account Receivable Turnover =
c.
Working
Capital Turnover
Rasio ini membandingkan
penjualan bersih dengan aktiva lancar setelah dikurangi hutang lancar.
Working
Capital Turnover =
4.
Rasio
Solvabilitas
Rasio solvabilitas ini
menelaah struktur modal perusahaan, termasuk sumber dana jangka panjang dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban investasi dan utang jangka
panjangnya. Rasio ini juga disebut dengan leverage ratios, karena
merupakan rasio pengungkit, yaitu menggunakan uang pinjaman (debt) untuk
memperoleh keuntungan.
a.
Debt
to Capital Assets Ratio
Debt to Capital Ratio mengukur tingkat penggunaan hutang sebagai sumber
pembiayaan aktiva perusahaan. Rasio ini membandingkan total
hutang terhadap aktiva.
Debt
to Capital Assets Ratio =
b.
Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio membandingkan sumber pembiayaan
yang berasal dari modal pemegang
saham. Rasio
ini membandingkan total hutang dengan modal pemilik.
Debt to Equity Ratio =
5.
Rasio
Pasar
Rasio pasar mengevaluasi
kinerja perusahaan melalui basis per saham. Rasio ini digunakan untuk
menunjukkan bagian dari laba perusahaan, dividen dan modal yang dibagikan pada
setiap saham.
a. Earning
Per Share
Laba per saham biasa
(EPS) memberikan jumlah laba bersih yang dihasilkan atas setiap saham biasa
perusahaan. EPS menghitung penghasilan bersih yang diperoleh untuk setiap saham
biasa tidak termasuk saham preferen. EPS membandingkan laba setelah pajak dengan jumlah lembar saham yang beredar.
Earning
Per Share =
b.
Book Value per Share
Nilai buku per saham (book value
per share) membandingkan total modal dengan jumlah saham
beredar .
Book
Value Per Share =
Rangkuman Hasil Penelitian
Rasio Likuiditas, Rasio
Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Pasar
PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
2008-2012
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
Rata-rata
|
Keterangan
|
Rasio Likuiditas
|
|
|
|||||
Current
Ratio
|
178.57%
|
300.55%
|
555.38%
|
698.54%
|
602.76%
|
467.16%
|
Menurun
|
Quick
Ratio
|
100.62%
|
228.88%
|
458.95%
|
608.62%
|
541.98%
|
387.81%
|
Menurun
|
Cash
Ratio
|
40.65%
|
148.13%
|
347.62%
|
464.89%
|
433.04%
|
286.87%
|
Menurun
|
Rasio Profitabilitas
|
|||||||
Gross
Profit Margin
|
41.15%
|
48.30%
|
49.75%
|
46.19%
|
47.83%
|
46.64%
|
Meningkat
|
Net
Profit Margin
|
17.85%
|
25.97%
|
28.95%
|
25.93%
|
27.55%
|
25.25%
|
Meningkat
|
Return
on Investment
|
15.47%
|
2069%
|
21.01%
|
19.84%
|
20.93%
|
429.25%
|
Meningkat
|
Return
on Equity
|
20.53%
|
25.72%
|
24.66%
|
22.89%
|
24.53%
|
23.67%
|
Meningkat
|
Rasio Aktivitas
|
|||||||
Total
Assets Turnover
|
0.87
|
0.8
|
0.73
|
0.77
|
0.76
|
0.79
|
Menurun
|
Account
Receivable Turnover
|
10.61
|
7.86
|
8.22
|
7.17
|
7.04
|
8.18
|
Menurun
|
Working
Capital Turnover
|
6.4
|
2.98
|
1.81
|
1.57
|
1.42
|
2.84
|
Menurun
|
Rasio Solvabilitas
|
|||||||
Debt
to Capital Assets Ratio
|
0.24
|
0.19
|
0.15
|
0.13
|
0.15
|
0.17
|
Meningkat
|
Debt
to Equity Ratio
|
0.32
|
0.24
|
0.17
|
0.15
|
0.17
|
0.21
|
Meningkat
|
Rasio Pasar
|
|||||||
Earning
per Share
|
474.21
|
746.7
|
876.03
|
978.41
|
1294.05
|
873.88
|
Meningkat
|
Book
Value per Share
|
2309.21
|
2901.58
|
3552.67
|
4274.37
|
5275.4
|
3662.65
|
Meningkat
|
Sumber : data diolah
- Analisis Fundamental
- Pendekatan Nilai Buku
P
=
P =
P = Rp 5.275
Nilai intrinsik pada Pendekatan Nilai Buku sebesar
Rp 5.275.Dan
harga pasar saham sebesar Rp
22.450.
Hal ini dihargai terlalu tinggi atau overvalued.
Jika harga pasar saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, maka saham
tersebut sebaiknya dijual untuk menghindari kerugian. Karena tentu harganya
kemudian akan turun menyesuaikan dengan nilainya.
Pada analisis sekuritas ini, pendekatan nilai buku
digunakan oleh investor untuk
mengetahui
besarnya penyertaan pemegang saham perusahaan dan mengetahui berapa kali
besarnya penilaian publik/investor terhadap harga buku perusahaan yang
tercermin dalam harga pasar bursa.
- Pendekatan Nilai Sekarang
g = (1-Payout Ratio) * ROE
g = (1-0,2) * 0,2452
g = 0,18576= 18,58%
Ke =
Ke =
Ke = 0,0106 = 1,06%
Po =
Po =
Po = Rp1.937,6
Pada pendekatan nilai sekarang dapat diketahui nilai
intrinsik saham sebesar Rp
1.937,6 sedangkan
harga pasar saham sebesar Rp
22.450.
Hal ini bahwa saham PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk dihargai terlalu tinggi atau overvalued.
Jika harga pasar saham lebih tinggi
dari nilai intrinsiknya, maka saham tersebut sebaiknya dijual untuk menghindari kerugian. Karena
tentu harganya kemudian akan turun menyesuaikan dengan nilainya.
Pada
analisis sekuritas dengan metode pendekatan nilai sekarang menggunakan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan
yang didiskontokan menjadi nilai sekarang dengan asumsi bahwa pertumbuhan
dividennya konstan. Perusahaan biasanya mempunyai kebijaksanaan dalam
menentukkan praktek pembayaran dividen. Kebijakan ini ditetapkan dengan
pertimbangan kebutuhan pembelanjaan perusahaan dan kebutuhan pemegang sahamnya.
Oleh karena kebijakan ini dapat mempengaruhi tingkat dan kesinambungan
pembayaran dividen maka para investor sangat berkepentingan. Kelemahan dari
kebijakan ini tidak stabilnya dividen sehingga kekacauan dan sering kemerosotan
harga pasar saham.
- Pendekatan Price Earning Ratio (PER)
PER
=
PER =
PER = 17,3 kali
P
= PER x Earning Per Share
P
= 17,3 x Rp1.293
P = Rp 22.446,5
Nilai Intrinsik pada Pendekatan Price Earning Ratio
sebesar Rp 22.446,5.
Dan harga pasar saham sebesar Rp
22.450. Dengan
harga pasar saham di hargai terlalu tinggi atauovervalued terhadap nilai intrinsik, maka saham PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk layak untuk dijual.
Pada analisis sekuritas ini, Pendekatan price earning ratio (PER) digunakan oleh
investor untuk memperlihatkan berapa kali besarnya penilaian publik/investor
terhadap potensial keuntungan yang akan didapat perusahaan per saham yang
tercermin dalam harga pasar bursa. Bagi investor PER yang rendah dapat
memberikan kontribusi tersendiri, karena investor dapat membeli saham dengan
harga yang relatif murah, kemungkinan untuk mendapatkan capital gain juga semakin besar. Dan sebaliknya, emiten
menginginkan PER yang tinggi pada waktu go
public untuk menunjukkan bahwa kinerja perusahaan cukup baik dengan harapan
agar harga saham akan tinggi pula.
Perbandingan Nilai Intrinsik Saham dengan Nilai
Pasar Saham
PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk
2012
Sumber : data diolah
No
|
Keterangan
|
Nilai
Intrinsik
|
Harga Pasar Saham
|
Hasil
Perbandingan
|
Keputusan
|
1
|
Pendekatan
Nilai Buku
|
Rp 5.275
|
Rp 22.450
|
Overvalued
|
Jual
|
2
|
PendekatanNilai
Sekarang
|
Rp 1.937,6
|
Rp 22.450
|
Overvalued
|
Jual
|
3
|
Pendekatan
PER
|
Rp 22.446,5
|
Rp 22.450
|
Overvalued
|
Jual
|
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil
perhitungan dan analisis fundamental atas rasio keuangan dan nilai intrinsik
saham PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Berdasarkan hasil perhitungan rasio keuangan, dapat disimpulkan bahwa
kondisi keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk periode 2008 sampai dengan
2012 memiliki keuangan yang cukup baik.
2. Berdasarkan
analisis fundamental yang
telah dilakukan dengan menggunakan Pendekatan Nilai Buku, Pendekatan Nilai
Sekarang, dan Pendekatan Price Earning Ratio (PER), maka dapat diputuskan bahwa
saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk lebih baik dijual untuk menghindari
keugian.
3. Dan
berdasarkan analisis fundamental yang telah dilakukan terhadap investasi saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk pada
tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa keputusan investasi bagi investor yang telah
memiliki saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk agar menjual saham tersebut.
Sedangkan bagi investor yang belum memiliki saham PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk sebaiknya membeli pada saat harga saham sedang turun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar